KPAI Terkesan Bersaing Dengan Komnas PA
Dalam Fit and Proper Test Calon Anggota KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Periode 2013-2016, Senin (2/12), Anggota Komisi VIII DPR RI, Hayu R Anggara Shelomita mempertanyakan tentang lembaga pemerintah tersebut yang terkesan bersaing dengan organisasi perlindungan anak lainnya seperti Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA).
“ Menurut Anda apa perbedaan dari KPAI dan Komnas PA. Kedua organisasi yang bertujuan melindungi anak ini selama ini kok terkesan bersaing. Apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan kepercayaan publik dan popularitas KPAI di mata masyarakat sebagai lembaga Negara yang memberikan perlindungan terhadap anak Indonesia?,” tanya Hayu.
Menanggapi pertanyaan tersebut, salah satu kandidat anggota KPAI periode 2013-2016, Emy Lucy Smith mengatakan bahwa KPAI dengan Komnas PA meski kedua organisasi ini bertujuan yang sama melindungi anak Indonesia, namun memiliki peran yang berbeda-beda. Menurut Emy, KPAI sebagai lembaga Negara yang bisa mempengaruhi negara untuk membuat kebijakan yang pro terhadap perlindungan anak. Sementara Komnas PA sebagai sebuah organisasi di luar pemerintahan memiliki peran tersendiri untuk melindungi anak secara langsung dari luar lingkup pemerintahan.
Sementara itu kandidat anggota KPAI Periode 2013-2016 lainnya, Erlinda mengatakan bahwa sebenarnya KPAI dan Komnas Perlindungan Anak memiliki tujuan yang sama yaitu melindungi anak Indonesia. Oleh karena itu Erlinda berpendapat bahwa tidak seharusnya kedua lembaga dan organisasi itu bersaing.
” KPAI dengan Komnas PA sebenarnya harus bisa bersinergi dan bekerjasama untuk melindungi anak Indonesia. Jika dilihat dari latar belakangnya, KPAI ada karena adanya Komnas PA yang memang sudah lahir lebih dulu. Sehingga bisa dikatakan Komnas PA adalah ibu dari KPAI. Bahkan Ketua dewan Pembina sekaligus mantan ketua Komnas PA, Kak Seto Mulyadi ikut berperan dalam pembuatan UU Perlindungan Anak yang sekaligus awal pembentukan KPAI,” ungkap Erlinda.
Ia melanjutkan, untuk meningkatkan percayaan publik terhadap KPAI, harus memberdayakan seluruh elemen masyarakat mulai dari lapisan terdekat, orangtua, RT, RW dan seterusnya hingga sampai puncak pimpinan untuk mengkampanyekan “Stop Kekerasan Terhadap Anak”.
“Anggaran yang hanya 10 Miliar, namun dengan kreatifitas yang tinggi, saya yakin KPAI bisa berbuat lebih dari yang telah diperbuat saat ini. Karena selama ini saya bersama Kak Seto dalam PATA terbiasa tidak memiliki dana untuk tetap bisa melindungi anak-anak Indonesia,” jelasnya. (Ayu)